Mutharrif bin Abdullah bin Asy-Syakhkhir Seorang ahli Hikmah yang Zuhud - LAZIS AL-IZZAH

Breaking News

BANNER 728X90

Jumat, 12 September 2014

Mutharrif bin Abdullah bin Asy-Syakhkhir Seorang ahli Hikmah yang Zuhud



Seorang Abid dan ahli syukur. Mutharrif bin Abdullah bin Asy-Syakhkhir untuk dirinya ia menghina, untuk Allah ia agungkan. Demikianlah Abu Nu'aim memberikan sifat pada tokoh Tabi'in ini dalam buku al-Hilyah. Dia dilahirkan di masa Nabi shallallahu alaihi wa sallam, tapi tak sempat bersua dengan beliau.
Dia mendapatkan ilmu, mengambil hikmah, sehingga menjadi seorang Imam bagi kaum muslimin dan alim bagi agamanya.
Batapa baiknya hari di saat ia dilahirkan. Al-a'jali berkata,"ia adalah seorang yang Tsiqah dari kalangan Tabi'in. seorang laki-laki yang sholeh." Menurut Ibnu Hibban dalan ats-tsiqqah-nya," dia dilahirkan di masa Nabi shallallahu alaihi wa sallam, ia seorangahli ibadah yang Zuhud."
Saudaranya Yazid bin Abdullah berkata,"Mutharrif lebih tua dariku sepuluh tahun. Saya lebih tua dari Hassan al-Bashri sepuluh tahun."
Adz-dzahabi menambahkan," Mutharrif dilahirkan pada tahun terjadinyaperang badar atau perang Uhud. Mungkin ia sempat bertemu dengan Umar bin Khaththab dab Ubay bin Ka'ab."
Mutharrif menghabiskan hari-harinya dengan adzab yang baik. Tak pernah terlewatkan kecuali dia mengevaluasinya.
Ia beribadah kepada Rabb-nya berlandaskan ilmu dan fiqh. Dia tidak melampaui batas dan tidak juga mempersulit. Dia juga banyak memberikan petuah-petuha yang penuh dengan keutamaan. Mutharrif berkata,"malamnya tidur dan paginya menyesal, lebih saya sukai daripada malamnya tidak tidur dan siangnya kaget."
Dari kalimat ini terlihat kedalaman ilmunya. Dia juga pernah berkata,"sesungguhnya untuk menjumpai mlam dan menjauhkan tempat tidur, aku mentadabburi al-Quran, aku membandingkan amalku dengan amal penghuni syurga. Maka sungguh amalan mereka luar biasa. Allah berfirman," mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS Adzariyat:17)
Sungguh aku tak melihat diriku sebagai bagian dari mereka! Maka aku memalingkan diriku pada ayat,"apakah yang memasukkan engkau ke dalam saqar (neraka)" (qs. Al-Mudatsir:42)
Dan kuperintahkan dengan ayat,"dan (adapula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, merka mencampur baurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan yang buruk,"(QS. At-taubah:102)
Allah memberikankemuliaan kepada Mutharrif yang tidak Dia berikan kecuali kepada para wali-Nya yang beribadah dengan ikhlas dan berpegang tuguh pada jalan yang lurus. Allah memberikan kemulian denga beragam karamah yang membedakannya denga orang biasa.
Ketika memasuki rumahnya, seisi rumahnya ikut bertashbih. Suatu ketika, ia bersama seorang temannya berkalan di kegelapan malam. Maka, di ujung cambuk mereka ada cahaya. Tmannya berkata,"seandainya hal ini kita bicarakan pada orang-orang, pasti mereka akan mengingkarinya." Mutharrif menjawab,"para pendusta banyak berbohong!" maksudnya, orang yangmengingkari nikmat Allah adalah pembohong.
Mutharrif adalah saeorang ahli hikmah. Kata-katanyabanyak mengandung pengertian yang mendal;am. Ia berkata,"seandainya aku bisa mengeluarkan hatiku dan meletakkannya di tangan kiriku, lalu di datangkanlah kebaikan dan diletakkan di tangan kananku, sungguh, aku tak akan bisa mengobati hatiku hingga Allah meletakkannya."
Ia juga mengatakan," seandainya seorang melihat buruan, dan buruan tidak melihatnya. Lalu pemburu itu membidiknya. Bukankah dikhawatirkan ia akan mampu mengambilnya?"
Dikatakan, Ya"
"begitulah syetan. Ia melihat kita dan kita tidak melihatnya. Maka, bisa jadi kita terkena (tipu dayanya)."
Dia juga berkata,"sungguh maut ini, telah merusakkan kenikmatannya di tangan ahli nikmat. Maka mintalah kenikmatan yang tak pernah mati. Maka adakah kenikmatan yang tak akan bisa mati? Itulah kenikmatan penghunisuraga yang kekal abadi."
Begitulah Mutharrif menghabiskan masa hidupnya. Ia tidak ikut melakukan apa yang kebanyakan orang-orang lakukan. Ia menghabisakn malam dan siang harinya dengan mehasabah dirinya. Karenanya tak heran klo doanya selalu dikabulkan.
Suatu ketika Hajjaj bin Yusuf memnjarakan Mauruq al-Ajali. Mutharrif berkata pada para sahabatnya," mari kita berdoa, Aminkanlah." Lalu ia berdoa dan para teman-temnnya mengaminkan. Ketika waktu isya tiba, Hajjaj keluar dan memerintahkan untuk membebaskan Mauruq.
Demikianlah kemuliaan Mutharrif. Pada tahun 81 Hijriyah ia meninggalkan dunia yang fana ini untuk menemui Rabb-nya. Dunia ini yang selama ini memang ia tinggalkan. Ia meninggalkan dengan hatinya. Tapi kali ini tidak. Ia meninggalkan dunia ini dengan hati dan jasadnya.diantara wasiatnya pada adiknya adalah agar jangan seorangpun mngadzankan jenazahnya.
Semoga Allah meridhai Mutharrif dan menempatkannya bersama orang-orang yang sholih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar