Jika setiap kita ditanya, apa kitab sucinya, akan dijawab Al Quran.
Jika ditanya, apa mukjizat terbesar Nabi kita, akan dijawab: Al Quran
Jika ditanya, apa fungsinya, akan dijawab di antaranya: sebagai hudan (petunjuk)
Bahkan ditanamkan ke dalam diri setiap kita bahwa Al Quran adalah sumber segala ilmu. Hingga hari ini ramai dibahas tentang kemukjizatan ilmiah Al Quran.
Tapi sayang, sementara ini Al Quran masih disingkirkan dari fungsinya sebagai panduan bagi keluarga muslim.
Bicara tentang pola hubungan suami dan istri, sumbernya bukan Al Quran. Membahas tentang komunikasi orangtua dan anak, diambil dari berbagai teori yang bukan dari Al Quran. Bagaimana melahirkan orang-orang besar dari rahim keluarga, tidak mengacu pada ayat-ayat Al Quran. Tolok ukur keberhasilan rumah tangga juga terlalu sederhana, karena tidak menggali dari jernihnya mata air Al Quran.
Apalagi jika telah bicara teknis. Banyak yang berpikir bahwa Al Quran global dan tidak rinci. Sehingga, Al Quran hanya dijadikan stempel legalitas untuk melegalkan tips-tips yang terkadang menabrak Al Quran sendiri. Musibah...
Pendidikan seksual untuk anak, umpamanya. Dikarenakan bukan diambil dari Al Quran dan Nabi, maka hasilnya justru mengerikan. Alih-alih membuat anak menjadi berhati-hati dalam pergaulan, mereka malah pulang dari seminar dengan otak kotor. Mengapa? Karena sumbernya justru teori musuh Islam yang disadari atau tidak, sering mengandung racun yang dikemas dengan madu. Kasihan, keluarga muslim...
Maka, sudah saatnya kita berlari kembali kepada Al Quran dan Sunnah Nabi. Panduan yang abadi dan tidak akan rusak oleh apapun zaman yang dilaluinya. Panduan yang telah melahirkan generasi hebat pemimpin bumi lebih dari 1000 tahun.
Dari Nabi Hingga Manusia Biasa
Beberapa Nabi digambarkan oleh Al Quran sebagai kepala rumah tangga. Sehingga menjadi pelajaran dan keteladanan bagi keluarga kita.
Masing-masing dengan karakter keluarga yang berbeda-beda. Kisah-kisah itu disampaikan dengan pelajaran yang berbeda-beda.
Nabi Ibrahim umpamanya, sosok yang digambarkan sangat dominan sebagai sosok ayah istimewa. Semua sepakat bahwa Ibrahim adalah ayah hebat karena tidak saja melahirkan orang shaleh tetapi melahirkan dua Nabi sekaligus; Ismail dan Ishaq. Dari keduanya, lahir para Nabi berikutnya.
Subhanalloh...
Keberhasilan Ibrahim dalam melahirkan dua muara kemuliaan itu, ditebarkan kisahnya dalam sekian banyak Surat dalam Al Quran. Bahkan ada satu surat sendiri yang bernama Surat Ibrahim. Sebegitu pentingnya untuk mendapatkan perhatian setiap keluarga muslim.
Setiap lantunan doa Ibrahim mengandung pelajaran sangat agung bagi konsep pendidikan keluarga. Bahkan susunan kata serta urutan tema doanya, sungguh di dalamnya terdapat panduan penting bagi keluarga yang ingin melahirkan muara kemuliaan.
Uniknya, Al Quran tidak hanya menyampaikan keberhasilan para Nabi di dalam rumah tangga. Nabi Nuh, ditegur Allah dalam Surat Hud karena kegagalannya mendidik salah satu anak laki-lakinya. Teguran itu seharusnya tidak membuat kita masih terus bertahan dengan dalih kegagalan Nabi Nuh, saat ada di antara kita yang gagal mendidik anaknya. “Nabi Nuh saja gagal mendidik anaknya, apalagi hanya saya...” begitulah dalih sebagian kita. Kalau hal itu untuk menghibur diri sesaat tidak masalah. Tetapi jika untuk lari dari tanggung jawab, ketahuilah bahwa Nabi Nuh saja telah ditegur Allah karenanya. Kisah Nuh gagal mendidik anaknya, lengkap dengan penyebab utamanya dalam Surat At Tahrim.
Hingga potret keluarga Rasulullah Muhammad yang diabadikan dalam Al Quran. Ada yang menggelitik perhatian kita tentang cara Al Quran mengabadikan keluarga Rasulullah. Jika Ibrahim sangat dominan digambarkan perannya sebagai kepala keluarga, Rasulullah Muhammad justru digambarkan dengan cara sebaliknya. Justru yang banyak digambarkan dari keluarga Rasulullah adalah pihak wanita; Ummahatul Mu’minin (istri-istri beliau). Apa pelajaran di balik semua ini? Itulah pentingnya kita menelurusi ayat per ayat dalam Al Quran untuk meraih pelajaran dan panduannya bagi keluarga kita.
Tak hanya para Nabi yang digambarkan dalam Al Quran. Keluarga manusia biasa juga digambarkan dalam Al Quran. Jika semua Nabi adalah manusia pilihan, walapun sebagian mereka gagal mendidik keluarganya. Manusia biasa yang keluarganya diabadikan dalam Al Quran ada dua macam; orang yang baik dan orang yang jahat. Orang yang baik diwakili oleh Imron dan Luqman. Orang jahat diwakili oleh Abu Lahab dan istrinya.
v
Ada yang lagi-lagi sangat menarik. Dari 114 Surat dalam Al Quran, hanya satu surat yang namanya mengandung kata: keluarga. Yaitu Ali Imron (keluarga Imron). Padahal Imron bukanlah Nabi. Seakan ada sebuah perintah agar kita punya fokus dalam mengambil pelajaran dari keluarga manusia biasa yang istimewa ini. Sebuah keluarga yang utuh keberhasilannya. Pasangan, anak hingga cucu. Bagaimana caranya, harus menelusuri kata per kata dalam ayat-ayatnya.
Kalau Imron adalah tokoh di masyarakatnya, bahkan seorang imam besar. Berbeda lagi dengan Luqman yang hanya masyarakat biasa. Bukan pemimpin. Hanya seorang penggembala kambing miskin yang tersingkirkan. Lengkap dengan penampilan yang tidak dilirik orang sama sekali. Tetapi, Allah muliakan dalam Al Quran. Bahkan nasehatnya dipilih Allah dari sekian banyak nasehat para ayah hebat di muka bumi ini. Jelas, ini bukan sembarang ayah. Pelajaran sangat khusus bagi setiap ayah.
Kamis, 19 Februari 2015
New
Potret Keluarga dalam Al-Qur'an
About Unknown
SoraTemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design. The main mission of SoraTemplates is to provide the best quality blogger templates.
Mendulang Pahala di Dalam RumahFeb 19, 2015
Potret Keluarga dalam Al-Qur'anFeb 19, 2015
10 Perilaku Istri yang Menjengkelkan SuamiSept 12, 2014
Ciri-ciri Rumah Sehat IslamiFeb 27, 2014
Kategori:
Keluarga Sakinah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar