Anakku, Anak Anda juga - LAZIS AL-IZZAH

Breaking

Breaking News

BANNER 728X90

Jumat, 12 September 2014

Anakku, Anak Anda juga



Oleh: Panda’e Ken (Pemerhati Pendidikan Anak) 

“ kapok……” kata itu meluncur dengan lancar walau artikulasinya tidak begitu jelas dari mulut mungil anak kami, yang belum genap dua tahun. Itu terlontar ketika keinginan dia tidak kami penuhi karena suatu hal. Kaget tentu saja. Kami, saya dan istri merasa sudah begitu selektif ketika berbicara dengan atau didepan anak kami. Diskusi kecil setengah panjang berlangsung antara kami. Topiknya dari mana anak kami mendapatkan kosa kata baru yang kami yakin diapun tidak begitu paham.  Mungkin ia pernah mendengar dari teman-temannya, begitulah kesimpulan akhir diskusi kami.

Mungkin di antara kita – keluarga muslim – sering mengalami hal serupa walaupun tidak sama. Ketika bunayya – si kecil mendapatkan hal-hal baru, baik itu tingkah maupun kata yang tidak kita sukai dan dengan segenap usaha dijauhkan dari anak-anak kita. Sedih, tentu saja. Mencari sumber masalah juga sudah semestinya. Tapi tentu kita tidak selayaknya berhenti di titik ini. Solusinya bagaimana ? ini yang semestinya menghiasi benak kita. 

Meyalahkan lingkungan atau kawan-kawannya jelas tidak arif. Walaupun kadang kami menghibur diri dengannya. Atau apa lebih baik kita batasi anak kita maen ke luar rumah demi menghindari pengaruh buruk yang ditimbulkan lingkungan. Jika jawabannya ya. Sanggupkah kita memenuhi kebutuhan dia untuk berinteraksi dengan dunia sekitarnya, adakah kita memiliki waktu banyak dan berkualitas untuk anak kita. Silahkan dijawab.

Menurut kami, kita tidak cukup mampu mendidik anak-anak kita. Perlu melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu di kehidupan kita  bermunculan institusi pendidikan dengan ragam bentuknya, lembaga bimbel, sekolah dengan segala macamnya, pengajian, taklim, TPA. Semua itu kemunculannya dilandasai oleh semangat menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih baik dan berbudi. Tapi hal ini belum cukup.karena seorang anak dalam keseharian, waktunya dihabiskan bersama keluarga, kemudian sekolah dan bersama kawan-kawanya dilingkungan tempat tinggal.

Ketika anak dirumah tanggungjawab secara penuh ada dipundak kita selaku orangtua, untuk mendidik dan menanamkan agama, moral dan lain sebagainya. Ketika disekolah secara langsung tanggung jawab ada pada para guru pendidik yang kita percayai sepenuh jiwa memoles buah hati kita. Nah.. kala dilingkungan tanggung jawab siapa ?  ya kepada orangtua anak-anak yang bermain bersama. Alias kita. Jadi anakku anak anda, dan anak anda anak kami juga.
 
Kita –para orang tua mereka- yang secara berjama’ah bertanggung jawab untuk menanamkan moral yang baik. Jadi tidak sepantasnya kita berdiri disatu sisi sambil menyalahkan si anak tetangga dan dengan bapak ibunya atas perilaku kurang berkenan pada anak kita. Mestinya kita bergandengan tangan untuk bersama mendidik anak-anak itu. Ketika ada anak yang bersikap atau berucaop tidak sopan semestinya kita sedih dan berusaha memperbaikinya, karena jika dibiarkan toh anak kita juga yang akan ketularan. Maka semestinya para ibu-ibu dan juga bapak-bapak bisa lebih sering bersilaturahmi, duduk bareng untuk membicarakan apa saja yang berkaitan dengan kehidupan bersama disebuah lingkungan termasuk urusan pendidikan anak. Karena sekali lagi kita tidak sanggup mendidik anak kita sendirian.

Sekali lagi, anakku itu anak anda dan anak anda juga anak kami. Jangan sampai kita terjebak dalam kebanggaan semu karena berhasil mendidik dengan baik anak kita, sementara segala hal buruk dianggap limpahan dari anak tetangga, walau toh kadangkala benar adanya. Bukankah kesadaran kita mendidik anak dengan baik itu semata karunia ALLOH Ta’ala ! jika Alloh berkehendak, sangat gampang baginya menghalangi kesadaran kita akan tarbiyatul aulad – pendidikan anak yang benar. Jadi, mari bersama mendidik anak anda, anak saya dan anak kita bersama. 

Semoga perhatian dan pendidikan kita kepada semua anak yang berada dilingukngan ini sebagai wujud rasa syukur kita, dan pahalanya akan diraih diakhirat kelak. Dus hal itu juga adalah derma, sedekah kita. Karena sedekah itu luas, tidak terbatas hanya pemberian harta atau nominal diatas kertas. Ilmu, kesadaran, kepedulian pun bisa menjadi sedekah yang pahalanya berlipat tanpa batas.
Terakhir. Kelak ketika kita meninggalkan dunia fana ini, hanya tiga hal yang bermanfaat bagi kita. Ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah dan anak sholeh yang mendoakan kita. Maka, pastikan kita memperhatikan pendidikan anak kita secara bersama dengan harapan kelak dari kedua belah tangan anak-anak kita teriring doa yang tiada putus untuk kita sebagai orang tuanya. Robbana hablana minassholihin.  Amiiin
                                                                                               
                                                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar