Bahwa sampai hari ini, kanker mencatat rekor sebagai pembunuh nomor
satu di dunia. Sepanjang tahun 2007 saja, tercatat bahwa kanker telah membunuh
7,9 juta orang dan menyiksa belasan juta yang lain. Lebih buruk lagi,
diperkirakan kematian akibat kanker ini akan meningkat sebesar 45% di tahun
2030!
Namun kabar baiknya, sebagian besar kanker sebenarnya bisa dicegah.
Pola hidup yang sehat, termasuk di dalamnya pola makan yang sehat mampu secara
signifikan menurun kanresiko kanker. Bahkan ternyata, ibadah shaum (puasa) juga
mampu mencegah kanker!
Wajar saja jika Rasulullah menganjurkan kita untuk shaum setidaknya
3 hari tiap bulan, atau shaum senin kamis, dan yang terbaik shaum daud.
Kalaupun shaum sunnah itu sama sekali tidak mampu juga, kita masih punya shaum
Ramadhan, sebagai terapi tahunan yang efektif mencegah kanker, tentunya
dilakukan dengan benar.
Shaum Ramadhan ternyata juga bisa jadi terapi efektif untuk
mencegah penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes, stroke, dll. Tapi
terapi ini hanya efektif jika kita tetap aktif beraktifitas selama shaum
Ramadhan, bukan menghabiskan sepanjang hari untuk tidur-tiduran!
Dengan tetap aktif seperti biasa di bulan Ramadhan, tubuh kita
membutuhkan energi yang sama dengan hari-hari biasa. Padahal, karena kita
shaum, suplai energi yang di dapat melalui makanan pasti jauh berkurang. Lalu
dari mana tubuh kita menutupi deficit energi ini?
Jangan khawatir! Tubuh kita sudah antisipasi jauh-jauh hari dengan
menyimpan cadangan energi dalam bentuk lemak di bawah kulit kita. Namun
celakanya, banyak kelebihan tosin (racun) yang tidak mampu dibuang tubuh kita
ikut disimpan di jaringan lemak ini. Apalagi beberapa jenis toksin memang
bersifat larut dalam lemak. Toksin ini bisa bersifat addiktif makanan (bahan
pewarna, pengawet, penyedap, dll), polutan (timbale, merkuri, arsen,
dll).sebagian residu toksin ini bersifat karsinogenik (berpotensi menyebabkan
kanker).
Jadi tubuh kita “membakar” cadangan lemak ini untuk menutupi
deficit energi. Karena di dalam jaringan lemak tadi juga tersimpan residu
toksin, otomatis toksin juga ikut terbawa dalam aliran darah. Hati akan
berusaha menetralisir toksin ini, sementara sebagian jkuga akan dibuang melalui
ginjal.
Terjadilah proses detoksifikasi. Proses ini mengakibatkan
berkurangnya akumulasi residu toksin yang tersimpan dalam tubuh kita yang
akibat selanjutnya adalah menurunya resiko kanker dan penyakit degeneratif lain
yang juga banyak disebabkan karena penumpukan toksin dalam tubuh.
Memang biasanya tidak seluruh toksin mampu dibuang, sebagian akan
disimpan kembali dalam jaringan lemak. Namun setidaknya telah terjadi
detoksifikasi (pembuangan) sebagian racun yang tertimbun dalam tubuh kita
sehingga mengurangi potensi gangguan dalam system tubuh kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar