PENDEK ANGAN-ANGAN DAN BERSIAP MENGHADAPI KEMATIAN
Memasuki tahun baru masehi 2014 ini, marilah kita mencoba merenung dan intropeksi diri. Apakah kita sudah memperbanyak amal atau sebaliknya justru kita malah lebih condong pada kemaksiatan. Hidup di dunia ini, semestinya kita gunakan sebaik mungkin untuk memperbanyak amal sholeh karena pada hakekatnya kehidupan yang abadi hanyalah di akherat. Janganlah kita seperti orang-orang kafir yang senantiasa memperpanjang angan-angan dan keinginan, sehingga hidupnya dihabiskan hanya untuk urusan perut dan syahwat belaka.
Pendek angan-angan dan bersiap menghadapi kematian.
Memendekkan angan-angan adalah kita benar-benar menyadari akan dekatnya perjalanan kita menuju kampung akherat serta cepatnya masa hidup manusia di dunia ini. Kalau kita sudah menyadari seperti ini, maka janganlah kita seperti perilaku orang-orang kafir sebagaimana yang difirmankan Allah SWT :
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) Makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)” (QS. Al Hijr (15) : 3)
Di dalam kitab Fathul Bari, imam al hafidh ibnu hajar al asqolani berkata “Ini merupakan peringatan bahwa mengutamakan kenikmatan, kesenangan dan segala hal yang ditimbulkan oleh panjangnya angan-angan bukanlah termasuk etika kaum mukminin”. Apa yang mesti kita perbuat ?
Rosulullah SAW bersabda “Jadilah kalian di dunia bagaikan orang yang asing atau seorang musafir” (HR. Bukhori). Jika kita sudah menyadari bahwa dunia bukanlah tempat tinggal orang mukmin, maka semestinya kita menjadi orang asing atau seorang musafir. Orang asing adalah orang yang tinggal sementara di negeri asing maka tujuannya tentunya mencari bekal sebanyak-banyaknya agar ia bisa kembali ke negeri asalnya. Ibnu rojab berkata “dahulu Nabi Adam dan istrinya tinggal di surga. Akan tetapi karena godaan iblis, akhirnya mereka berdua harus tinggal di dunia. Mereka tinggal di dunia bersama dengan keturunannya, akan tetapi hanya keturunannya (manusia semua) yang sholehlah yang akan kembali bersama dengan Nabi adam ke kampung akherat yakni surga”. Atau adakalanya kita menjadi seorang musafir, yang senantiasa berjalan menempuh perjalanannya dan tidak memiliki keinginan sedikit pun untuk mencari kenikmatan hidup di dunia. Al hasan berkata “sesungguhnya kalian adalah bagaikan hari-hari yang berlalu, apabila hari itu lenyap maka lenyaplah sebagian dari kalian”.
Pernah suatu kali Fudhail bin iyadh bertanya kepada seseorang yang sudah tua “berapa umurmu ?”. ia pun menjawab “ enam puluh tahun “. Fudhail berkata “Engkau sejak 60 tahun berjalan menuju Robbmu dan hampir sampai”. Ia berkata “innalillahi wa inna ilaihi rojiun”. Fudhail pun berkata “apakah kamu tahu arti ucapanmu tadi ? barangsiapa yang mengetahui bahwasanya ia adalah seorang hamba Alloh dan akan kembali kepadaNya, hendaknya ia tahu bahwa ia akan diberhentikan (mati). Barangsiapa yang mengetahui ia akan diberhentikan maka ia akan di mintai pertanggungjawaban. Barangsiapa yang mengetahui ia akan dimintai pertanggungjawaban maka ia akan mempersiapkan pertanggungjawabannya tersebut”. Ia pun bertanya “lantas apa solusinya ?”. Fudhail berkata “lakukanlah yang termudah, perbaikilah apa yang tersisa dari umurmu, maka dosa-dosamu yang telah lalu akan diampuni. Jika kamu berbuat jelek, maka kamu telah menghabiskan seluruh usiamu dengan keburukan”.
Sebab panjang angan-angan
Sesungguhnya muara dari panjang angan-angan dan takut akan kematian hanyalah 2 hal yaitu kebodohan dan cinta dunia. Ketika seseorang itu tidak mengetahui hakekat kehidupan dunia, maka hatinya akan terasa berat untuk terlepas dari segala urusan duniawi. Ia akan senantiasa memikirkan apa saja yang ia butuhkan selama di dunia dan lalai dari mengingat kematian. Baik yang berupa anak, istri, harta, tahta, perniagaan dan segala hal yang berupa urusan duniawi.
Bagaimanakah solusinya ?
Marilah kita bersegera untuk mengingat kampung akherat dan memperbanyak amal sholeh kita selama di dunia ini. Perbanyaklah bekal menuju kampung yang abadi yaitu akherat. Dengan demikian hati kita akan condong dengan kebaikan dan iman pun akan senantiasa terpupuk di dalam hati. Umar bin khottob berkata “pelan-pelanlah dalam segala hal kecuali dalam urusan akherat”. - Wallahua’lam bish showab -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar